bintang lembah tidar |
- Susilo Bambang Yudhoyono adalah sosok yang suka meningkatkan kualitas dan
kemampuan diri. Tak hanya di dunia militer, wawasannya juga terasah di pelbagai
bidang keilmuan.
Keinginan dan
cita-cita SBY untuk menjadi tentara sejak kecil kian menggebu-gebu sejak lulus
bangku SMA. Profil tentara dengan pakaian seragam tempur lengkap dengan topi
baja, begitu membekas dalam benak SBY. Selain itu, figur sang ayah yang
berpangkat pembantu letnan satu menjadi inspirasi baginya.
Apalagi
setelah ia mengethaui adanya Akademi Militer Nasional (AMN), ketika bersama
sang ayah dan keluarga mengadakan perjalanan wisata ke Lembah Tidar di
Magelang, Jawa Tengah. Waktu itu, SBY masih berada dibangku kelas Lima Sekolah
Dasar Gajahmada.
Kenangan
manis di masa kecilnya terwujud begitu ia dinyatakan lulus ujian masuk AMN yang
sudah berganti nama menjadi AKABRI (Akademi Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia). Inilah kampus yang telah melahirkan jenderal-jenderal dalam Tentara
Nasional Indonesia (TNI). Ke tempat inilah SBY melangkahkan kaki, berusaha
merajut masa depan yang cerah.
Dalam
catatan sejarah, lembaga pendidikan ini telah melahirkan banyak jenderal dari
bintang satu hingga bintang empat. Mereka adalah putra putri terbaik TNI, yakni
Jenderal Edi Sudradjat (1960), Jenderal Faisal Tanjung (1961), Jenderal R.
Hartono (1962), Jenderal Wismoyo Arismunandar (1963), Jenderal Wiranto (1968),
Jenderal Agum Gumelar (1968), Jenderal Subagyo Hadisiswoyo (1970), Jenderal
Tyasno Sudarto (1970), Jeneral Fachrul Razi (1970), Jenderal Luhut Panjaitan
(1970), Jenderal Endriartono Sutarto (1971), Jenderal Susilo Bambang Yudhoyono
(1973), dan Jenderal Ryamizard Ryacudu (1974).
Sebetulnya,
SBY terlambat satu tahun untuk mendaftarkan diri mengikuti pendidikan Militer.
Keterlambatannya ini lebih disebabkan kendala geografis, dan kendala informasi.
Lagipula, transportasi antara Pacitan dengan kota-kota di sekitarnya memang
sangat sulit. Ketika itu, ia mengira pendaftaran baru dibuka setelah lulus
ujian SMA. Nyatanya pendaftaran itu dibuka menjelang berakhirnyaujian akhir
kelas tiga SMA. Itulah sebabnya, SBY harus menunggu pendaftaran di akhir 1969.
Anak-anak muda yang siap membaktikan diri di jajaran TNI dan POLRI |
Untuk
mengisi hari-hari yang panjang di tahun penantian, ia sempat mengikuti pendidikan
di Fakultas Teknik Mesin Institut Teknologi 10 November Surabaya (ITS). Namun,
ia hanya mengikuti tahapan orientasi kampus. SBY lebih memilih masuk PG-SLP di
Magelang. Di sama ia dapat mempersiapkan fisik mental dan intelaktualnya, agar
bisa lulus ujian penyaringan AKABRI tingkat Jawa Timur mapun tingkat Pusat di
Bandung.
Menjelang
akhir 1969, ketika pendaftaran AKABRI kembali dibuka, SBY mendaftarkan diri dari
Malang. Dalam tes pertama di Magelang, ia dinyatakan lulus. Ia berhak mengikuti
tes lanjutan di Bandung. Ternyata ia pun lulus hingga dikirim ke Magelang untuk
mengikuti pendidikan yang akan dimulai pada awal 1970.
Menjalani Masa Perpeloncoan (Viracharya) Sebagai Taruna Baru (Tahun 1970) |
Setelah tiga bulan menjalani pendidikan basis
militer tanpa hambatan berarti, SBY dilantik menjadi taruna AKABRI dengan
pangkat Prajurit Taruna (Pratar) dan kopral taruna. Dengan elantikan menjadi
pratar, SBY dan teman-temannya secara resmi telah menjadi anggota militer.
Hari-hari terakhir di Lembah Tidar yang penuh
dengan kegiatan belajar, dan berlatih, dapat dilalui dengan penuh gembira.
Baginya, masa-masa berada di Magelang merupakan turning point dalam kehidupan
pribadinya. Mesiki hidup dalam suasana serba ketat, keras, dan penuh disiplin,
ia tidak merasakan sebagai hambatan.
Selama Pendidikan, SBY aktif mengikuti berbagai
kegaitan yang diadakan AKABRI Daras. Salah satu aktivitas yang sempat
digelutinya adalah menjadi anggota Drumband AKABRI Darat, Cantalokananta.
Sesi Latihan Tempur |
Selama belajar di AKBRI Darat, prestasi SBY
tergolong menonjol dibandingkan dengan teman-teman seangkatannya. Berbagai
penghargaan mulai dari penghargaan untuk bidang kepribadian, intelektual hingga
penghargaan bidang fisik ia raih pada setiap tingkatan yang dilaluinya.
Dalam kurun waktu empat tahun itu, ia mendapat
tujuh bintang penghargaan, sebuah prestasi yang belum pernah dimiliki teruna
lainnya. Bahkan pada puncaknnya, ia menerima penghargaan Adhi Makayasa dari
Presiden Soeharto saat pelantikan Perwira di Surabaya pada tahun 1973.
Rileks dan Bergaya saat jeda latihan di Lembah Tidar, Magelang |
Bintang Adhi Makayasa hanya diberikan kepada
teruna yang mengakhiri masa pendidikan di AKABRI dengan predikat terbaik
diangatannya. Terbaik dalam segala hal, mulai dari kepribadian, fisik, mental
dan akademis. Bisa dipastikan, pemegang bintang itu adalah lulusan dengan
predikat Summa Cumlaude. The Star Was Born. Long Live the Star.
Yang sangat mengagumkan kelak putra sulung SBY,
Agus Harimurti Yudhoyono, juga keluar sebagai lulusan terbaik tahun 2000, dan
meraih Bintang Adhi Makayasa. Like FatherLike Son.
tenor macan tidar |
Beberapa bulan setelah menyandang Pangkat
Letda, SBY terpilih mengikuti pendidikan di pusat pendidikan militer ternama
Angkatan Darat Amerika Serikat, Rangers
School dan Air bone School di
Frot Benning. Pilihan terhadapnya untuk mengikuti pendidikan itu sekaligus
mengisyaratkan bahwa ia merupakan salah satu perwira yang punya masa depan.
Ketiga bertugas di Mabes TNI-AD, SBY kembali
mendapat kesempatan sekolah ke Amerika Serikat. Dari tahun 1982 hingga 1983, ia
tinggal di AS mengikuti kursus Infrantry Officer advance cource sekaligus
praktek kerja di Divisi 82 Lintas Udara Angkatan Darat AS. Dalam periode
bersamaan, SBY juga mengikuti pendidikan lintas udara di Airborne School.
Kesempatan ini baginya untuk memperdalam metode pendidikan dan pelatihan,
taktik dan doktrin kelintasudaraan, untuk kelak dipadukan dengan doktrin Linud
TNI yang relatif baru berkembang.
Ia juga berkesempatan emngikuti latihan
penerjunan Jungle Warfar di Panama. Merka terbang selama sembilan jam dari
daratan America Serikat sebelum diterjunkan ke Panama. Tak lama setelah
mengikuti Jungle Warfare di Panama, SBY dipanggla Komandan Pusat Infanteri
(PUSIF) Brigjen Faisal Tanjung untuk membicarakan persiapan kedatangan
persenjataan anti tank buatan Belgia Jerman. Saat itu, ia menjabat sebagai
instruktur militer di Pusif.
SBY saat mengikuti latihan Jungle Warfare di Panama |
Pergulatan pemikiran SBY dengan dunia wacana
peran militer di dunia ketiga semakin intensif, ketika ia memperoleh kesempatan
mengikuti US Army Command and General Staff College (CGSC) di Fort Leavenworth
pada tahun 1990. Kepercayaan dirinya bertambah ketika memasuki lembaga pendidikan
ini. Selama berada di US Army CGSC, ia menyempatkan diri meraih jenjang Master
Degree dalam Ilmu Manajemen di Universitas Webster.
SBY menginjakkan kakinya kembali di daratan
Eropa 10 tahun kemudian, ketika ia dipercaya memimpin misi perdamaian di Bosnia
Herzegovina. Kali ini sebagai Chief Military Observer Pasukan Pemelihara
Perdamaian PBB taun 1995-1996, membawahi ratusan perwira multnegara. Saat
itulah ia berhasil meraih pangkat Brigadir Jenderal. Kariernya pun terus
meroket.